Makan di KFC "Dihadiahi" CD. Yakin Itu Gratis?



Siapa yang tidak mengenal ayam goreng berlogo kakek berjenggot dan berbaju merah di Banda Aceh ini? Saya rasa hampir seluruh warga Banda Aceh tahu restoran cepat saji yang saya maksud tersebut.

Iya. Kentucky Fried Chicken atau yang sering disingkat KFC. “Kakek” sebutan kerennya.

Saya baru saja dari sana untuk makan malam bersama keluarga saya. Saat saya masuk, antrian di meja kasir sungguh panjang. Saya sabar menunggu sembari melihat-lihat menu yang digantung di belakang meja kasir sedangkan keluarga saya sudah duduk manis di kursi di dekat pintu.

Tibalah giliran saya. Seperti biasa, saya disapa terlebih dahulu oleh si Kakak Kasir lalu saya ditanyai ingin pesan apa. Saya menyebut nama sebuah paket dan menanyakan dengan jelas apa saja isi paket tersebut. Tapi kemudian si Kakak Kasir bertanya berapa jumlah orang yang akan makan. Saya menjawab lima.

Ia lalu mengambil sebuah kertas berisi gambar paket menu yang cocok untuk jumlah anggota keluarga saya.

Ia menerangkan dengan cepat kepada saya.

“Kakak, ini ada paket yang untuk berlima. Lima ayam, terdiri dari tiga dada dan dua paha, lima nasi, lima minuman, lalu ada empat goceng gratis.”, ia berbicara sembari menunjukkan gambar ayam, nasi, gelas minuman, dan menu goceng. Saya memang melihat ada gambar kotak CD di menu tersebut.

“Oh, pasti itu gratisnya.”, saya pikir.

Sudah biasa kan mendapat CD gratisan ketika makan di KFC?

Saya setuju memesan menu paket tersebut, si Kakak Kasir dengan sigap menyiapkan pesanan saya. Selang beberapa waktu, sampailah dua nampan berisi pesanan saya dan kemudian dia menyebutkan nominalnya.

“Seratus sembilan puluh tiga ribu rupiah.”

Saya kaget. Tidak biasanya makan di KFC sampai semahal ini. Tapi saya tetap mingkem karena saya pikir mungkin harga menunya memang sudah naik.

Si Kakak Kasir kemudian meletakkan setumpuk CD di hadapan saya.

“Silahkan dipilih 2 CD-nya, Kak.”

Hmm….ini gratisannya. Saya pun sibuk memilih sembari si Kakak Kasir menyelesaikan transaksi.

Dua CD terpilih lalu struk keluar dari mesin pencetak. Saya pun segera bergegas ke meja dimana keluarga saya sudah menunggu.

Tidak ada masalah yang terjadi. Kami makan dengan lahap sambil bercanda dan mengobrol.

Namun, saat akan selesai makan, kakak ipar saya nyeletuk.

“Dek, coba lihat struk tadi. Temen Kakak pernah cerita, katanya CD yang kita dapet ini dimasukkan ke dalam struk.”

Saya kaget. Tapi masa sih?

Lalu cepat-cepat saya mengambil struk dari dalam tas.

Dan ternyata benar.

2 CD tersebut ternyata bukan GRATIS, tapi kita BELI. Dan itu jelas tertera di dalam struk.



Pernahkah kalian aware masalah ini? Sudah berapa kali tertipu? Sudah berapa banyak tumpukan CD dari KFC yang telah kalian “beli” secara tidak sadar?

Ternyata tidak tanggung-tanggung, harga satu buah CD adalah Rp 35.000,-. Saya “mendapat” 2 CD, itu berarti harga yang harus saya bayar adalah Rp 70.000.-. Jadi sebenarnya, total pesanan saya hanyalah Rp 123.000,-

Kita cenderung tidak lagi melihat struk dengan teliti setelah membayar dan mendapatkan pesanan kita. Kita pikir, memesan dalam bentuk paket pastilah lebih hemat dari memesan per potong.

Itulah yang tadi terjadi pada saya, disebutkan nominal mendekati 200 ribu saya hanya kaget namun lalu berusaha mewajarkan nominal tersebut dengan alasan yang saya buat sendiri, yaitu mungkin harga bahan baku yang sudah naik, maka pihak resto terpaksa menaikkan harga jual produknya.

Tapi ternyata tidak.

Lalu apa yang terjadi setelahnya?

Kami meminta pelayan di KFC untuk memanggil atasannya atau siapapun yang berwenang. Tidak berapa lama, asisten manajer resto cepat saji itu menghampiri meja kami.

Mulailah Ibu saya komplain dan menyebutkan bahwa pihak KFC telah menipu konsumen. Tidak tanggung-tanggung bahkan kakak ipar saya menyebut kata-kata “penipuan” dan “pemerasan” untuk mengungkapkan kekesalannya. Penipuan, karena pihak KFC jelas-jelas tidak menerangkan bahwa CD tersebut dimasukkan ke dalam tagihan yang artinya tidak GRATIS namun harus dibayar. Pemerasan, karena menurut asisten manajernya, untuk dapat menikmati paket menu tersebut konsumen HARUS membeli CD tersebut.

Lalu saya –sebagai pemesan- juga ikut menimpali. “Seharusnya ada penjelasan dari kasir bahwa CD-CD ini tidak gratis melainkan harus bayar. Konsumen berhak diberikan pilihan. Karena tidak semua konsumen membutuhkan CD-CD ini.”

Ibu saya menambahkan, “Sebenarnya KFC ini jual ayam atau jual CD? Kalau memang mau jual CD, tutup saja restonya.”

Menghadapi komplain yang tidak henti-hentinya dari saya, Ibu, dan kakak ipar saya, si Asisten Manajer pun kewalahan. Beragam penjelasan ia paparkan, mulai dari masih tersedianya paket lain yang non-CD hingga itu adalah peraturan pusat dan harus diberlakukan. Tapi memang si Kasir jelas-jelas tidak menjelaskan pada saya bahwa ada CD yang harus saya BELI bukan GRATIS untuk bisa memesan paket tersebut.

Akhirnya, ia bertanya, “Jadi sekarang Ibu maunya seperti apa?”

Tanpa segan Ibu saya menjawab, “Saya mau uang saya kembali seharga dua CD ini.”

Si Asisten Manajer mengiyakan dengan embel-embel “kali ini akan kami kembalikan”.

Akhirnya, uang 70 ribu rupiah kembali ke dompet saya dan sepertinya saya tidak akan kembali lagi ke restoran cepat saji itu.

Seharusnya, kita sebagai konsumen lebih selektif dan ‘rewel’ terhadap barang yang ingin kita konsumsi. Dan seharusnya pihak yang menjual dapat memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada calon konsumen mengenai produknya, tidak menjebak seperti kasus yang saya alami tadi.

Semoga ini dapat menjadi pelajaran bagi saya dan saya berbagi dengan anda agar kita bisa lebih ‘cerdas’ sebagai konsumen mengenai barang yang akan kita konsumsi.