Komitmen dan Taik Kucing

"I’m Desrian Harleni. 23 years old. And still single."
Seberapa takut kamu sama komitmen?
Kalo saya mah takut banget. Beneran. Takut. Banget. Kebangetan takutnya.

Seberapa takut saya sama komitmen?
Kalo diukur dengan cara diurutkan, komitmen itu ada di urutan kedua. Yang pertama adalah sudah pasti sayur. Yang ketiga? Kalimat sakti mandraguna milik Ibu saya yang sering ia keluarkan setiap saya menolak makan nasi. Dan akhirnya saya makan nasi juga T___T

Jadi, kenapa judul tulisan ini mesti jorok gitu? Bawa-bawa taik kucing segala?
Saya juga kurang jelas sih. Supaya keren saja. Ecek-eceknya saya pernah dikhianati oleh sebuah komitmen penting dalam hidup saya sehingga menyebabkan saya trauma dan menganggap bahwa semua komitmen itu sama dengan taik kucing. Gimana? Sudah cukup kerenkah saya?

Terima kasih :)

Padahal enggak ada yang salah sama komitmen. Yang salah itu ada pada saya. Di diri saya. Sangking takutnya saya sama komitmen, saya rela mengasingkan diri selama 23 tahun saya hidup di bumi ini. Pathetic? Jangan. Cukup saya seorang saja yang mengasihani diri saya sendiri.

Jangan nuduh saya enggak pernah nyoba. Pernah kok. Sama orang yang saya jatuhkan hati saya pula. Saya mulai membiasakan diri, maksud saya, mempersiapkan diri kalau-kalau nanti kami akan berkomitmen. Saya jawab semua pertanyaan yang ia ajukan ke saya, termasuk pertanyaan yang cuma butuh satu kata sebagai jawaban dan selalu diulang-ulang, sehari bisa sampe 3 kali, seminggu bisa sampe 21 kali dan sebulan bisa sampe 84 kali. Saya jabanin. Awalnya dengan suka cita dan ikhlas. Namun, di tengah-tengah mulai jengah dan kehilangan gairah.

Komitmen taik kucing. Hmm…sekarang saya jadi ngerti kenapa saya mesti nambahin embel-embel “taik kucing” di belakangnya. Karena saya takut untuk deket-deket sama komitmen. Sama kayak takut kalo nginjek taik kucing. Relevan kan?

Aih, saya makin ngerasa keren saja.

"I’m Desrian Harleni. 23 years old. Still single. And unavailable."

0 komentar:

Posting Komentar