Tulisan ini ada atas permintaan seorang mantan saya yang sekarang hanya berstatuskan teman namun kadang-kadang kita mesra. Dia menge-wall saya di facebook beberapa waktu lalu, menanyakan kenapa blog saya kosong-melompong alias nggak ada tulisan terbaru satu biji pun. Dia kangen sama tulisan saya, katanya.
Well, here it is, Mantan…
Saya khusus membuatnya untukmu.
Ya. Mungkin aku sudah tidak lagi sama saat dulu aku masih bersamamu. Dulu, kamu dapat memonopoli waktuku hanya untukmu. Tapi sekarang semua berbeda. Tempatmu telah tergantikan, aku tidak mengatakan ia lebih pantas menduduki posisi itu sekarang, hanya saja dia yang memang ada sekarang. Apa hendak dikata?
Aku tahu kamu cemburu. Untuk semua perih yang terbersit di hatimu saat ini, aku tahu pasti kamu cemburu. Juga khawatir, bahwa nantinya aku benar-benar tidak bisa lagi ada untukmu. Tenangkan pikiranmu, Mantan. Itu hanyalah ketakutan semata. Kamu masih mantan terindahku yang kubuang di tempat yang tepat. Setengah hatiku masihlah untukmu. Tidak perlu kamu ragu. Bahwa dia ada sekarang. Bahwa dia adalah sekarang. Tidak akan mengubah apapun. Kecuali status kita.
Soreku masihlah milikmu dan cerita-ceritamu masihlah milikku. Kamu dan aku. Walaupun bermantanan, namun tetap satu. Yakinlah. Aku tidak akan begitu saja meninggalkanmu tanpa pertengkaran hebat. Ya. Hanya pertengkaran hebat yang dapat memisahkan kita. Jadi, buanglah rasa cemburumu itu. Sama sekali tidak beralasan.
Jika waktu itu kita berpisah dan menyebabkan kita bermantanan, yakinlah itu yang terbaik untuk kita berdua. Mimpi kita masihlah menjadi prioritas utama. Kamu ingat? Belanda. Ya, kesana kita akan hidup bersama. Lalu apa yang harus kamu takutkan? Dia yang bersamaku sekarang? Ah, sudahlah. Tidak mungkin juga kugandeng dia sampai ke negeri kincir angin itu. Tidak. Mimpi itu masih digenggamanmu, Mantan. Bersabarlah.
Jika kuberikan sesuatu milikku yang paling berharga untuknya, percaya saja. Bukan berarti aku telah berubah atau dia lebih indah darimu. Bukan. Seandainya saat kita masih bersama dulu kamu juga memintanya, sudah barang tentu akan kuberikan untukmu terlebih dulu. Jangan salahkan aku karena dulu kamu tidak memintanya dan sekarang dia yang mendapatkannya. Ah, Mantan. Ini hanyalah masalah keberuntungan. Itu saja. Jangan dipusingkan ya? Tidak perlulah pisau belati itu kamu bawa sampai ke kamar mandi. Dan tidak perlulah shower itu kamu biarkan airnya mengalir berjam-jam. Walaupun sekarang milikku yang paling berharga ada di genggamannya, tetap saja kamu mantan terindahku. Dan tetaplah Belanda itu destinasi akhirku. Bersamamu, pastinya.
Mantan, jangan pesimis, jangan apatis, jangan juga menjadi autis hanya karena saat ini aku bersamanya. Bagaimanapun, aku hanyalah manusia biasa yang ingin dipandang normal walaupun sebenarnya aku tidak, kamu mengetahuinya kan? Jadi, beri aku kesempatan untuk memperbaiki hidupku dan menormalkan kembali pandangan orang-orang terhadapku. Agar, saat kita ke Belanda kelak untuk melegalkan segalanya, tidak ada penyesalan lagi di hatiku.
Tunggu aku…
Salam sayang,
Mantanmu