Mengawang-Awang....

Gak banyak yang bisa saya lakukan di kantor saat seperti ini. Biasanya saya hanya duduk di depan laptop sembari browsing apa saja yang menarik di mata. Saat-saat seperti ini selalu datang di tiap awal bulan. Saat-saat seperti ini sungguh membuat saya bosan. Ada kerja saat ada uang sebaiknya saya patenkan sebagai pantun baru untuk buruh kontrak seperti saya ini.

Saya menguap. Bukan sekali. Bukan dua kali. Kadang saya malu, ke kantor hanya membuat saya ngantuk, bukannya bersemangat. Mencari-cari dalam tumpukan pikiran, apa kiranya yang bisa saya kerjakan walaupun itu hanya sekedar mengukur dan menggunting.

Lalu saya teringat sesuatu.

Saya bisa menulis kali ini. Untuk membuang penat sejenak, melalaikan pikiran sehingga mata dapat bertahan. Betapa sungguh saya tersadar bahwa tuts di kibor ini sudah lama tidak terjamah selain untuk mengetik laporan. Mungkin saya juga telah berubah menjadi mesin pekerja yang nyawanya hanya ada pada saat deadline. Mesin pekerja yang diburu waktu lalu duduk melongo saat semua tugas telah selesai.

Idealisme yang dulu dipegang erat sepertinya sudah tergerus sedikit demi sedikit oleh beberapa lembar rupiah yang jika dikalikan oleh waktu dan usaha untuk meraihnya serta dikuadratkan dengan biaya hidup yang harus ditanggung saat ini sama dengan minus sekian.

Saya mengerucutkan bibir. Berusaha tidak terusik oleh musik daerah yang sedang bersenandung dari laptop seorang Bapak di hadapan saya. Mencoba menikmati tawa cekikikan Ibu-Ibu di kantor. Berisik, namun saya masih saja mengantuk.

Mungkin saya butuh secangkir kopi. Juga sebuah suasana.