Kunang-Kunang

Mari melelap, Kunang-Kunang. Sebelum pagi menjelang. Malam semakin memekat. Waktu tidak lagi merambat. Tidakkah kau rindu pada sebuah peluk hangat? Mari, akan kutemani jalanmu menuju pulang. Janganlah kau takut, Kunang-Kunang. Akulah si Peri Malam yang terlelap dalam jeda siang. Padamkan kerlipmu pada esok yang merayap, rebahkan sayap mungilmu pada lelah yang menyergap. Jangan gusar, Kunang-Kunang. Gelap tidak akan menguasa sendirian. Biarkan bulan yang malam ini benderangi alam. Selamat malam, Kunang-Kunang. Mimpi indahmu jadi doaku. Nyenyak tidurmu jadi harapku. Dan rindumu......semoga tetap untukku.





Karena Kunang-Kunang, aku...


























mencintaimu.

Dunia Yang Baru

Mungkin menulis sudah bukan lagi menjadi ketertarikanku. Mungkin kamulah ketertarikanku yang baru. Yang sanggup menolehkan hasratku untuk mereka kata dan menghabiskan waktu lebih banyak, lebih banyak, dan lebih banyak lagi denganmu. Problemanya adalah lebih banyak, lebih banyak, dan lebih banyak lagi itu menjadi semakin sedikit, semakin sedikit, dan semakin lebih sedikit belakangan ini.

Aku menyadari kecenderungan adiktifku untuk bertahan hidup sejak awal. Sejak aku tercekoki dengan imaji, aksara, dan ketersendirian. Aku menjadi kerdil, kerdil, jauh lebih kerdil seiring waktu berlalu. Karena aku memilihnya. Aku memilih menjadi tak-siapa-pun dan menjalani sisa hidupku dengan ketidakmengenalan orang-orang terhadapku. Aku cukup tidak peduli juga lumayan mahir bersembunyi.

Aku memutuskan menjadi seorang tak kasat mata. Tidak terasa hadirnya juga kepergiannya. Menjadi tidak diandalkan pun dibutuhkan. Namun menjadi penguasa atas duniaku sendiri –imaji.
Lalu kamu hadir. Imajiku tersingkir. Aku bagai tersihir. Dirapal mantra hebatmu tersebut perhatian. Ada yang berubah. Ada yang berbeda. Ada yang tak lagi ada.

Aku menjadi pelamun ulung. Menakar masa depan kita yang kusketsa bahagia. Aku menjadi pemurah senyum saat bersamamu dan tetap pengikir senyum saat tidak mampu membaui aromamu di sekitarku.

Aku menjadi pecandu segala bentuk eksistensimu.

Aku bukan lagi pemintal imaji yang suka mengurung diri. Aku tidak lagi membutakan rasa pada dunia. Aku menjadi seseorang yang berbeda namun tetap di wujud yang sama. Aku menyadarinya. Dan anehnya, aku menyukai.




But if the rain must fall
If I lose it all
If the world comes down and takes my soul
If the sky turns black
And there's no no way back
It won't matter much to me
If I had you
James Morrison – If The Rain Must Fall



Kamu. Duniaku yang baru.
Dan aku…









Suka.