Perempuan dan Masak


Salahkan restoran cepat saji dan warung nasi padang kalau perempuan nggak jago masak.

Salahkan warung-warung kaki lima yang menawarkan porsi mengenyangkan plus rasa yang enak dengan harga setara jajan anak SD kalau perempuan nggak mahir masak.

Salahkan juga Ibu yang seorang wanita karir lalu menggampangkan urusan isi perut anaknya dengan masakan pembantu kalau perempuan nggak bisa masak.

Salahkan banyak hal, boleh saja.

Salahkan zaman dan tuntutan ekonomi para pedagang-pedagang makanan pinggir jalan yang mencoba mengisi kosongnya perut mereka dari lembaran-lembaran uang yang kita tukar dengan semangkok bakso atau mie ayam yang mereka jajakan kalau perempuan enggan masak.

Atau mungkin kita, perempuan, akhirnya mau dengan jujur menyalahkan diri kita sendiri?

Seperti kalimat sahabat saya, “Perempuan bisa masak itu bakat, bukan kewajiban.”

Mau setuju dengan kalimatnya?



*entah dari mana gambar ini berasal

3 komentar:

  1. saya suka masak, bukan karena bakat tapi karena saya memang belajar buat bisa masak, soalnya di Pontianak kalo makan di luar mahal, jadi mendingan masak sendiri, lebih irit. *maklum anak kos...

    salam kenal sebelumnya :D

    BalasHapus
  2. yah, berarti semuanya tergantung niat dan kemauan ya kan?
    saya juga bisa masak, dikit, tapi malesnya yg banyak.
    berhubung saya tinggal dengan keluarga, jadi keterusan manjanya. hihi...

    salam kenal juga :)

    BalasHapus
  3. saya setuju dan sangat menyukai kalimat yang di-bold :), tapi alangkah manisnya seorang wanita apabila ia bisa memasak. namun keluarga saya berbeda, tidak hanya kaum hawa,kaum adam pun jago masak*. sering saya kerap malu terhadap ayah dan abang sendiri:D.

    *)mungkin sudah budaya aceh kalo kaum adam ikut turun ke dapur juga jago masak

    BalasHapus