Masih saya ingat jelas berita-berita
tentang seorang artis dangdut yang “kemana…kemana” dan pacarnya yang
berpotongan rambut cepak berseliweran di banyak channel tv nasional. Oh, kala
itu saya berpikir, beruntungnya si artis ini, diberi nama sesuai parasnya –Ayu-,
tenar dadakan dan langsung bisa memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya, dan
dengan tiba-tiba muncul seorang prince charming
yang konon katanya pengusaha tapi masih tetap berusaha mengekori si Ayu
ini kemana pun ia pergi. Mereka terlihat seperti anak kembar, menurut saya,
ketimbang sepasang kekasih.
Waktu bergulir, berita gosip yang
ditonton marathon oleh Ibu saya masih saja menampilkan wajah sang biduan dan
kekasih plontosnya. Tapi kali ini mereka akan segera melangsungkan pernikaha. Ah,
lagi-lagi sejumput rasa iri menggelitik sudut hati saya. Cantik, muda, kaya,
dan mendapatkan cinta.
Namun, ada yang aneh kemudian. Acar
gosip di tv tidak lagi menyajikan kemesraan sang biduan yang baru saja
menyandang gelar istri, namun pertengkaran demi pertengkaran dan sang biduan
sedang hamil.
Mereka bertengkar, selayaknya
musuh yang sebelumnya tidak pernah mengenal, yang sebelumnya bukan sepasang
kekasih. Tidak ada cinta disana, tidak ada sayang. Yang ada hanya amarah dan
dendam.
Now and then I think of when
we were together
Like when you said
you felt so happy you could die
Told myself that
you were right for me
But felt so lonely
in your company
But that was love
and it's an ache I still remember
You can get addicted to a
certain kind of sadness
Like resignation to
the end, always the end
So when we found
that we could not make sense
Well you said that
we would still be friends
But I'll admit that
I was glad it was over
Dan di antara ketiadaan kerja dan
gaji seperti ini membuat saya semakin punya waktu untuk berpikir. Cinta bisa
hilang, berubah menjadi dendam, lalu saling tidak mengenal. Cinta bisa membuat
orang menempel setiap saat lalu berubah memaki siapa saja. Cinta bisa
terwakilkan lewat senyuman, sedetik kemudian cinta bisa berubah menjadi hinaan, hilang tak berbekas.
Lalu mengapa masih saja orang
mengambil cinta sebagai acuan untuk hidup bersama?
Karena tidak akan ada yang tahu
selain Tuhan rupa cinta yang sesungguhnya. Kadang ia bersayap putih, namun tak
jarang ia bertanduk dua. Kadang ia tulus mengisi relung, namun bukan tidak
mungkin ia punya maksud lain di baliknya.
Who knows?
But you didn't have to cut me
off
Make out like it
never happened and that we were nothing
And I don't even
need your love
But you treat me
like a stranger and that feels so rough
No you didn't have
to stoop so low
Have your friends
collect your records and then change your number
I guess that I
don't need that though
Now you're just
somebody that I used to know
Dan suara Gotye masih mengalun
indah di kedua telinga saya.