Untuk satu titik berpendar ungu
mengelabui hati. Ada banyak yang ingin tercerita padamu. Tercerita. Bukan mencerita. Atau bercerita. Aku ingin bersamamu menjadi segala ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan yang
disengajakan Tuhan untuk terjadi di antara kita. Aku ingin semuanya mengalir
begitu, apa adanya, tidak perlu direkayasa. Tidak butuh disengaja.
Aku menginginkanmu untuk hadir di
setiap lini hidupku. Tidak berbatas. Dan tidak terbatas. Apalagi membatas. Aku ingin
segalanya serba kamu. Dimana aku bisa merasakan adanyamu di setiap lekuk jemari
aku menyentuh sesuatu atau di setiap tarikan nafas meski kamu sedang tidak
bersisian denganku.
Aku ingin sesederhananyamu dalam
kerumitan hidupku. Di antara semua yang terjadi, aku ingin selalu merasai
hadirmu ada disini. Meski tak nyata. Meski tak kasat mata. Dan meski sebatas
mengangani saja. Meski apapun itu. Aku tidak akan mencelanya.
Merasa, dirasa. Terasa. Kadangnya
tidak mampu, seringnya memang begitu. Aku. Kamu. Bukan jarak terbentang yang
membenteng. Bukan pula rindu mencandu yang mulai meracuni darah yang menderu. Bukan.
Tapi rasa. Rasaku yang tidak lagi bisa merasai, tangan ini milikmu, bibir ini
untukmu, dan desahan nafas ini mensyarati namamu agar dapat terbuang.
Segala yang dulunya cukup. Segala
yang sekarang tidak lagi cukup. Segala tentang kamu. Atau hanya tentang aku?
Aku tidak tahu…