Seperti gulungan benang pancing. Jika
hidup bisa ditarik dan diulur sesuka pemancingnya, pastilah tidak akan ada yang
namanya penyesalan. Pepatah "sesal selalu datang terlambat" sudah tidak asing
ditelinga siapapun. Terlebih yang sudah acap kali menyesal. Mengecap sesal
bukan perkara gampang. Imaji tentangnya memperburuk kenyataan yang akan
terjadi. Juga harapan yang masih tersisa melukis sketsa-sketsa semu, biasanya
berselimut fatamorgana.
Saya pernah bangun di suatu pagi –pagi
menjelang siang sebenarnya- dan mendapati diri saya merindukan masa lalu. Ya. Masa
lalu yang sangat ingin saya singkirkan, tiba-tiba saya ingin menyuruh
sesiapapun penyihir untuk mengirim saya kesana.
Saya rindu kets, fanatisme pada
Linkin Park, juga pulpen dan kertas bekas yang dijepit ke papan ujian. Tahu kan
papan ujian? Papan persegi panjang yang dipakai menggantikan kursi yang tidak
memiliki meja untuk mengisi kertas jawaban.
Tetiba saya rindu pada dunia
sederhana saya itu. Di kala hidup hanya ada lagu Linkin Park yang mengalir dari
earphone masuk ke gendang telinga dan kertas bekas print-an yang dibalik sehingga bagian kosongnya bisa saya isi
dengan coretan.
Saya rindu duduk di bawah pohon
di belakang aula, bermain imajinasi hanya dengan 3 warna –merah, hijau, hitam. Tenggelam
dalam dunia dimana hanya saya yang mengerti, juga mengalami. Menarik garis demi
garis tak lurus yang saya paksakan membentuk sesuatu yang bisa diterima otak
menyerupai salah satu benda di kehidupan nyata.
Saya ingin mengulang hal-hal itu,
menjerumuskan diri lebih dalam agar chaos
di permukaan teredam ketidakpedulian. Lalu
hingar perlahan mengendap di pijakan-pijakan kets saya. Bingar pun meresap di
antara udara yang saya sesap dan saya hempas seketika.
Saya melihat ke sekeliling kamar.
Jelas banyak yang berubah. Saya yang sengaja mengubah atau memang sudah saatnya
saya berubah. Yang jelas tidak ada lagi ransel yang dipakai kesana-kemari,
berganti dengan bermacam tas dengan warna-warni yang tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya. Lalu kets…sudah dengan rapi masuk kembali ke
kotak-kotaknya yang sengaja saya simpan. Saya tahu suatu saat saya hanya akan
bisa melihatnya dengan kenangan. Kemeja-kemeja juga berganti dengan yang lebih
bisa diterima Ibu saya sebagai ibu seorang anak perempuan.
Well, that’s life, I guess.
Bukan indah sekali masa lalu saya
sehingga saya ingin kembali kesana. Banyak yang saya sesali. Tapi prosesnya
telah saya lewati hingga sesaknya seperti apa sudah tidak saya rasakan lagi. Sekarang
yang ada hanya nafas lega dan hal-hal baik di masa lalu tiba-tiba menjadi
sangat berharga untuk diingat.
We will truly know what we had until it’s gone.
Saya rasa pepatah itu benar
adanya.
huft,, bangku belakang Aula, trus pindah ke kantin pas azan,, hmmm........ ya ya ya, the Old Time...
BalasHapuskamu anak ekonomi :D
BalasHapus