Jodohkan Aku, Tapi

Silahkan jodohkan aku, tapi jangan memakai trik-trik jaman baheula seperti mengenalkanku saat Hari Raya tiba atau di acara sunatan seorang sepupu. Alih-alih silaturrahmi, malah menyodorkan sebuah wajah asing sambil berkata: “Kenalkan, ini Saipul, anaknya Wawak yang tinggal di sebelah rumah Bibi. Sudah mapan lho…PNS lagi.”
JANGAN

Silahkan jodohkan aku, tapi jangan menggunakan cara-cara licik seperti menyuruh membuat minuman untuk tamu yang sedang bersilaturrahmi. Harus aku yang menyuguhkan. Alih-alih supaya tahu cara membuat teh dan bertata krama, sebelum aku minta undur diri setelah meletakkan gelas-gelas di atas meja, malah berkata: “Duduk sini dulu, ini sahabatnya Tante lho, namanya Tante Margareth. Ini anak laki-lakinya, semata wayang, namanya Jamal. Shaleh, kalem, trus berbakti pada orang tua. Juga penyayang binatang.”
JANGAN

Silahkan jodohkan aku, tapi jangan ngejeg alias ngebet alias maksa dengan menelpon sehari entah berapa kali hanya untuk meyakinkan bahwa calon yang dicalonkan untuk menjadi calon adalah pria terbaik hasil seleksi ketat dan pria final yang paling pantas untuk dicalonkan sebagai calon yang layak menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Alih-alih tertarik, aku malah semakin muak dan bosan mendengar hal yang itu-itu saja. Jangan salahkan aku jika besok nomorku sudah tidak aktif karena ponsel sudah kujual.
JANGAN

Silahkan jodohkan aku, tapi jangan memakai cara-cara kuno seperti langsung memperlihatkan fotoku kepadanya dan Ibundanya. Lalu melakukan hal sebaliknya, memperlihatkan fotonya kepadaku dengan maksud aku akan tertarik karena ya, dia memang rupawan. Tinggi, putih, ganteng, dan mapan. Alih-alih berharap aku mengucapkan “Ya, aku mau.”, yang ada malah aku semakin memproteksi diri agar tidak lagi mendengar apapun tentangnya.
JANGAN

Silahkan jodohkan aku, tapi jangan memakai trik-trik licik seperti menghubungkan segala macam obrolan ke arah sana. Bermaksud agar tuli kuping ini mendengarnya sehingga aku pasrah. “Belajar masak dari sekarang. Taun depan sudah jadi istri orang.” Alih-alih aku menurut, yang ada malah semakin ketakutan dan mati rasa.
JANGAN

Silahkan jodohkan aku, tapi kumohon gunakan cara-cara pintar nan keren seperti mengatur ketidaksengajaan yang sebenarnya disengajakan. Tabrakan kecil itu bukanlah apa selain awal pertemuan yang tidak diduga, perkenalan itu bukanlah apa selain hanya sekedar bertegur sapa walau mulai ada sedikit asa, dan obrolan yang mulai seru dan sering itu bukanlah apa selain ketertarikan antara aku dan dia, dan percikan-percikan kecil itu bukanlah apa selain sadar bahwa telah ada rasa di dada. Lalu secara disengaja namun seperti tidak disengaja, terbongkarlah bahwa ternyata dia anaknya tetangga tante yang sudah mapan nan rupawan. Alih-alih mengatakan bahwa ini sebenarnya telah diatur, ucapan syukur pasti akan terlantun dari banyak mulut bijak para orang-orang tua.
Kalau sudah begini, maka, silahkan jodohkan aku.
SEGERA


2 komentar:

  1. Anonim10.20.00

    bagus. tapi kurang berwarna
    huahahahahahahaha :D :D :D

    besok2 hurufnya bikin warna warni yak

    BalasHapus
  2. terima kasih,Ano, atas komennya.
    besok2 komen yang banyak yak...

    BalasHapus