"Akan selalu ada aku di senjamu. Walaupun kamu tidak akan pernah bisa ada di hujanku."
Ketika hujan reda. Hanya tersisa sepotong cerita. Ya, sepotong cerita sebelum hari menjelang senja. Hujan reda saat senja menyapa. Selalu seperti itu adanya. Tidak pernah bersama. Hujan tidak pernah sempat mengenal senja. Dan senja tidak pernah sudi datang lebih awal untuk sekedar tahu, bahwa hujan kesepian.
Di dalam rintiknya dimana senja belum tiba, aku selalu menerka seperti apa dirimu. Hanya ada aksara mengisi imaji kadang terasa semu. Dan sepenggal suara untuk meyakinkan segalanya. Bahwa kau nyata. Bukan hanya sederet huruf berbaris rapi terangkai sempurna. Kau ada. Bukan hanya beragam intonasi suara menjelma di seberang sana. Terdengar menyenangkan, namun tetap saja…..secuil hampa selalu terselip di antaranya.
Sepotong cerita untuk dua cangkir teh berjarak seperti tak nyata. Akhirnya hujan reda dan kini senja telah tiba. Mengisi hari dimana semuanya akan berbeda. Obrolan kita mungkin tidak lagi hanya sepotong cerita. Sudah beda. Menjelma menjadi sepotong cerita baru, yang di dalamnya hanya ada aku. Dan kamu.
Kita.
Ketika hujan reda dan akhirnya ada senja, aku tahu kamu menunggu. Untuk jeda yang terlalu lama hari ini, kamu menunggu. Masih disitu. Tanpa dua cangkir teh berjarak tak nyata. Karena ini bukanlah hujan. Namun senja. Senjamu menungguku untuk ada.
keren bnget :')
BalasHapus