1 Cerita Cinta 2 Wanita


Dan aku disini, menggapai asa yg tak mungkin.
Sedangkan kamu disana, menggapai jemarinya.


Kamu tau, pagi ini kuhabiskan waktu seorang diri melawan lajunya waktu dengan tergesa. Sedangkan kamu disana, menghabiskan pagi bermesraan dengannya.


Kita tau kita sama-sama terluka. Tapi mengapa masih saja berlomba menyayatnya?


Kenapa kamu malah tega memulai suatu hal yang enggan kita akhiri dengan tangisan?


Karena hatimu yg enggan tetap berpegang padaku.
Aku galau~


Sejatinya kamulah yang ingin kembali pada kisah lamamu.
Aku nelangsa~


Seandainya kamu memilih untuk tetap disini, terluka tidak akan senyelekit ini.
Kamu bukan Rangga. Dan kita tidak sedang di dalam film Ada Apa Dengan Cinta.


Dan jarak jangan pernah kamu jadikan alasan. Kita tidak akan mati hanya karena jarak. Bahkan Romeo dan Juliet mati bukan perihal jarak.


Dan jika sekarang aku memilih memilin harap bersamanya, itu karena dia yg meyakinkanku untuk berpegang padanya. Bukan padamu.
Kita sedang terluka. Bahkan drama Korea tidak mengisahkannya.


Dan aku mungkin akhirnya harus menahan perih menusuk jantung melihat kenyataan takdir mengikatmu dengannya. Aku bisa apa? menari di bawah hujan laksana adegan film India?


Tidak perlu menari di bawah hujan.
Cukup lepaskan genggaman jemarinya. Dan kembali gapai aku bersama ikrarmu.


Kamu, apakah kamu yakin memutuskan takdir yang telah terpatri antara dirimu dan dirinya?


Takdirku bukan satu jalan buntu. Ia bersimpang. Dan aku berhak berbalik arah.
Dan kamu, apakah kamu sudi melepas jemarinya dan menghampiriku?


Jemariku terdiri dari dua tangan. Aku pernah menggenggamnya dengan tangan sebelah kiriku. Izinkan kali ini aku genggam jemarimu dengan tangan kananku dan melepaskan yang lainnya.


Jika begitu, mengapa foto itu masih saja kulihat setiap kali sadarku menyapa?
Foto jemarimu dan jemarinya terkait erat.


Lihatlah dengan mata hatimu yang penuh cinta atas nama kita. Maka hal lain yang kau lihat itu hanyalah fatamorgana. Lihat hati kita saja. Itu yang nyata.


Dengan segala cinta nyata yang kupunya untukmu, aku akan melihatnya. Tapi, ah…dimana kemarin kutitipkan hatiku sementara? Apa kamu melihatnya?



Tulisan kolaborasi: Intan Khuratul Aini dan Desrian Harleni

0 komentar:

Posting Komentar