Jumat pertama di
bulan Mei. Hujan sedari pagi. Saya selalu menyukai Jumat yang hujan. Karena
bagi saya, Jumat adalah hari yang paling cocok untuk berdiam diri di rumah dan
menikmati setiap lekuk kemalasan yang semakin merajai tubuh saya.
Kemarin saya
absen nulis. Ini menyalahi peraturan dengan diri sendiri sebenernya. Tapi hari ini saya nulis kok. Dan saya mau
share apa yang sedari kemarin menguasai pikiran saya hingga semua camilan di
kamar abis gak bersisa.
Dilahirkan mahir
ngerangkai kata itu gak melulu baik. Percaya saya.
Saya dulu
nganggepnya juga anugerah, ini bakat yang luar biasa. Bisa dengan gampang milih
dua-tiga di antara ribuan kata menjadi satu rangkaian kalimat yang logis dan
bisa dingertiin banyak orang adalah bahagia yang gak ternilai harganya. Sejaman
SD dulu, saya masih sering pusing baca karangan temen sekelas. Padahal inti
cerita yang ingin dia sampaikan cukup sederhana, tapi karena campuran
kata-katanya amburadul, jadi sulit untuk bisa dimengerti. Lalu saya sadar, saya
dikasih suatu kelebihan dan tiba-tiba saja saya merasa keren. *abaikan kalimat
terakhir*
Punya bakat
nulis bisa bikin yang punya kadang dicap aneh (freak) bahkan bisa dianggap gila. Orang dengan bakat nulis,
imajinasinya cenderung liar, satu kalimat ia baca, imajinasinya bisa
kemana-mana. Inilah yang dinamakan ide. Lalu imaji itu dituangkan ke dalam
bentuk tulisan. Yang sering disalah-kaprahi oleh pembaca tulisan tersebut,
sebagai sesuatu yang riil.
Tulisan seorang
penulis memang merepresentasikan dirinya, namun tidak melulu tulisan itu nyata
terjadi di hidupnya. Ini soal imajinasi, soal penulis bisa dapetin ide luar
biasa dari hal-hal sederhana yang terjadi di sekelilingnya, ini soal taste. *halah*
Jangan melulu
ngambil kesimpulan sepihak tanpa adanya klarifikasi dan investigasi lebih
mendalam mengenai kehidupan penulis yang tulisannya kamu baca. Ini kayak
pepatah,
“Liat kardus dari gambar luarnya, lalu bercerita ke orang menerka isi di dalamnya.”
Jadi, maksud
saya nulis gini apaan?
Cuman satu.
Jangan mengimani
isi tulisan saya seperti mengimani Tuhan. Mutlak dan tidak terbantahkan.
0 komentar:
Posting Komentar