Kadang saya enggak pengen tahu cerita hidup kamu. Sekelam apapun itu. Dan alasan-alasan kamu untuk keluar dari dunia kamu yang dulu. Seburuk apapun kamu dulu. Sehina apapun. Karena cukuplah bagi saya untuk tahu kamu yang sekarang. Cerita hidup kamu yang alurnya mulai teratur. Cukup bagi saya, saat saya mengenal kamu, untuk tahu kamu orang baik.
Maaf. Tapi untuk kali ini saya beneran pengen enggak bersusah-susah mencoba ikut merasakan kepedihan masa lalu seseorang. Karena kamu bukanlah siapa. Hanya sebentuk layar berderet huruf yang bisa saya ajak komunikasi. Atau kadang kamu menjelma menjadi sebuah suara yang menggema di hape saya. Selain itu, kamu kelabu. Absurd.
Karena saya cukup tahu, mengerti. Kamu, bisa jadi, akan terus menjelma sebagai sepetak layar dengan deret huruf yang bisa dikombinasikan atau terkadang beberapa intonasi nada dengan mengorbankan pulsa. Tinggal menunggu kapan deret huruf itu tidak lagi muncul dan gumaman suara itu tidak lagi terdengar.
Saya bukannnya skeptis. Tapi mencoba realistis.
0 komentar:
Posting Komentar