Patah Hati (Part II)

"Lebih baik sakit di gigi, daripada sakit di hatiiiii…i…i…"

Tapi menurut saya lebih baik sakit akibat jempol kaki yang cantengan ketimbang sakit hati.
Apa itu cantengan? Cemekam.
Sakit gigi dan sakit hati hanya beda tipis.
Sakit gigi membuat nafsu makan hilang. Begitu juga sakit hati.
Sakit gigi membuat tidak bisa tidur. Begitu juga sakit hati.
Sakit gigi membuat kita uring-uringan. Begitu juga sakit hati.
Maka percayalah sejatinya sakit gigi itu sama tidak enaknya seperti sakit hati.


Apa yang tersisa ketika kau patah hati?
Tidak ada. Selain logika.
Tidak mungkin juga untuk terus-menerus mengikuti kata hati. Karena yang ada malah mood yang tidak menentu, juga semangat hidup yang menurun. Meratapi nasib.
Untuk saat-saat kritis seperti ini, hanya logika yang bisa kau andalkan.
Berpikir logis untuk semua yang telah terjadi. Ambil sisi positifnya. Mulai tutup mata dan telinga. Jangan hiraukan lagi apapun yang berhubungan dengannya. Kau hebat. Kau kuat. Dan kau hanya kelebihan pantas untuknya.


Maka, saat kau mengetahui bahwa pacar barunya adalah seorang janda dengan usia lebih tua 7 tahun darinya, kelihatan jelas melakukan operasi plastik di bagian hidung dan dagu, juga senang berpakaian terbuka, kau hanya perlu berkata dalam hati: “Ternyata hanya segitu seleramu.” Dan lanjutkan hidupmu.


Senang sekali dapat menuliskannya!
Ngahahahaaa…

 And my life must go on

0 komentar:

Posting Komentar