"When I woke up this morning, I know, I can't hold it any longer."
Saya rasa sudah saatnya saya berhenti. Ini semakin di luar kendali. Sebenarnya apa yang saya cari? Saya juga enggak tahu pasti. Saya hanya ingin menghatikan logika saya sedikit saja. Belajar untuk lebih peka dengan orang-orang di sekeliling saya. Mereduksi sifat apatis. Kecenderungan autis ini semakin menjad-jadi.
Saya rasa sudah saatnya saya berhenti. Ini semakin di luar kendali. Sebenarnya apa yang saya cari? Saya juga enggak tahu pasti. Saya hanya ingin menghatikan logika saya sedikit saja. Belajar untuk lebih peka dengan orang-orang di sekeliling saya. Mereduksi sifat apatis. Kecenderungan autis ini semakin menjad-jadi.
Namun, mencoba menghatikan logika dengan orang yang tidak berhati sama saja bunuh diri dengan cara yang paling mengenaskan. Well, dalam pikiran saya, cara yang paling mengenaskan untuk bunuh diri adalah gantung diri saat kamu benar-benar sesak boker stadium akhir.
Dan orang-orang tidak berhati di sekeliling saya ini malah berharap hal yang lain pada saya. Mereka berharap saya bisa menjadi panutan untuk melogikakan hati mereka. Sarap kan? Hah, saya enggak ngerti jadinya. Kenapa di saat saya butuh sedikit sentuhan hati di setiap pikiran logis saya, orang-orang ini malah datang dan mengagungkan kegilaan logika saya yang egois ini. Berharap bisa segila saya, senekat saya, sesadis saya, membunuh hati dan menaikkan logika di tahta abadi. Abadi, itu berarti selama-lamanya.
Saya pikir saya sudah harus mengakhiri. Segala yang pernah saya mulai. Saya akan berhenti mencari. Jawaban itu sudah saya temukan. Walaupun bukan jawaban yang saya inginkan. Walaupun akhirnya hati saya bisa menang, hanya untuk 3 hari saja. Pathetic, isn’t it? Saya enggak bisa terus gini. Saya enggak bisa membiarkan otak, ide, dan jemari saya mengalami stagnansi. Karena hati dan otak berperang hebat. Saya perlu diri saya yang biasanya. Yang mengegokan logika. Yang menjagokan logika. Walaupun dengan segala konsekuensi yang ada. Saya tahu, ada beberapa hal yang terpaksa saya singkirkan. Dari hidup saya. Untuk itu, saya minta maaf untuk hati saya. Untuk itu, saya sangat menyesal untuk hati saya. Untuk itu, saya merasa amat bersalah untuk hati saya. Mungkin lain waktu saya akan coba kembali. Untuk saat ini, silahkan kamu hibernasi. Lagi.
Dan suara Ryan Tedder terngiang-ngiang di kuping saya.
Stop and stare
I think I'm moving, but I go nowhere
Oh, I know that everyone get scared
But I've become what I can't be
Stop and stare
You start to wonder why you're here not there
And you'd give anything to get what's fair
But fair ain't what you really need
Oh, can you see what I see?
Dan suara Ryan Tedder terngiang-ngiang di kuping saya.
Stop and stare
I think I'm moving, but I go nowhere
Oh, I know that everyone get scared
But I've become what I can't be
Stop and stare
You start to wonder why you're here not there
And you'd give anything to get what's fair
But fair ain't what you really need
Oh, can you see what I see?
Rasanya menohok, tertohok, ditohok.
Nggak ngerti dengan yang saya tulis? Nggak apa-apa. Karena memang itu tujuan saya.
Selamat menikmati malam minggu yang kelabu untuk saya. Malam ini akan terasa sangat panjang dan amat menyiksa. Bukan karena enggak punya pacar. Namun karena lagi dan lagi harus menggigit lidah sendiri.
Well, that's pretty suck...
0 komentar:
Posting Komentar