Stagnansi Ini Membunuh Saya

"Dan saya merasa ingin bunuh diri saja saat saya membuka blog ini dan jumlah tulisan saya masih saja sama seperti kemarin-kemarin." 



Saya merasa kerdil belakangan ini. Saat saya tidak bisa menulis karena jemari saya mogok kerja, saya merasa saya bukanlah apa. Hanya seonggok daging yang berisikan tulang-belulang. Otak hanya sebagai aksesoris pemanis agar dapat disebut manusia. Itulah yang saya rasakan beberapa hari ini.

Saya merasa begitu menyedihkan ketika membuka folder khusus berisikan tulisan saya dan tidak ada file terbaru yang saya simpan. Itu berarti tidak ada tulisan baru yang saya bikin. Saya pengen teriak rasanya. Sumpah. Saya enggak melebih-lebihkannya. Menulis adalah satu-satunya hal terbaik di hidup saya yang bisa saya lakukan. Walaupun tulisan saya kacau-balau, enggak keruan, enggak begitu enak buat dibaca. But overall, saya cinta mati dengan menulis. Ini yang namanya passion.

Saya merasa begitu tidak berharga saat ide saya stuck hanya sampai di otak. Saya berjuang keras untuk menahan otak saya berimaji, sedangkan jari-jari saya tidak mau berkompromi. Mereka tetap saja ogah untuk diajak bekerja sama. Ini merupakan kiamat kecil buat saya. Saya enggak sedang melebih-lebihkannya agar terkesan betapa menyedihkannya saya saat saya tidak mampu menulis. Ini dunia saya. Dunia kecil saya yang berharga.

Saya merasa begitu teramat bodoh saat saya melewatkan begitu banyak peristiwa di hidup yang bisa saya tuliskan. Saya menyesalinya. Padahal banyak hal terjadi belakangan ini. Namun saat saya membuka laptop saya dan siap-siap akan menulis, rasanya semua menguap begitu saja. Lalu pikiran saya blank. Saya mati.

Tuhan, dua-tiga kata saja. Saya mohon…

0 komentar:

Posting Komentar