Istilah move on
sedang booming di media sosial. Istilah ini amat lekat konotasinya dengan kata
“galau”. Gak galau, gak gaul. Udah galau, susah move on.
Arti move on ini
sendiri secara harfiah adalah bergerak meja, namun makna yang sebenarnya
ditujukan dalam pemakaian istilah move
on ini adalah melupakan masa lalu dan
melangkah meraih masa depan. *baku sekali
ya?*
Move on ini biasanya dihubungkan dengan patah hati, putus dari
pasangan, pokoknya urusan cecintaan yang kerap menguras emosi juga dompet. *nah lho?*
Memang orang
cenderung akan terus terbawa suasana masa lalu yang indah dan tidak rela jika
harus berakhir. Bukan tidak sedikit, banyak, orang-orang yang stuck dan memilih hidup di masa lalu
dengan terus dirundung kesedihan yang tidak berkesudahan ketimbang menatap masa
depan, karena apa? Karena kita merasa belum tentu ada hal-hal yang lebih indah
terjadi di masa depan seindah yang terjadi di masa lalu. Skeptis atau pesimis?
Mungkin keduanya.
Waktu yang
dibutuhkan tiap orang untuk move on juga berbeda-beda, ada yang sebulan, dua
bulan, empat bulan, bahkan berbulan-bulan. Bahkan mungkin tahunan? Mengenang
sebulan dua bulan bisa dibilang hal yang wajar, namun jika separuh umur
dihabiskan hanya untuk stuck di masa
lalu, wajarkah? Memang ada yang berakhir indah kembali menjalin hubungan dengan
mantan pasangan, bahkan sampai menikah. Namun jika yang tidak?
Bagi saya, salah
satu ciri orang yang susah move on yang paling gampang dideteksi itu ialah saat
ia berkendara. Orang yang suka ngelanggar lampu merah itu termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang susah move on. Mengapa oh why? Gini, dari jauh dia
ngeliat lampu lalu lintas masih ijo, dia kebut, mikirnya pasti kebagian ijo dan
gak harus berhenti. Eh, pas 5 detik lagi mau lewatin lampu, udah berubah ke
kuning, tapi dia gak peduli. Dia tancep juga gas, makin kenceng malah. 2 detik
sebelum berhasil lewatin batas jalan, lampu udah merah, dia gak peduli. Menurut
dia, dia masih kebagian hak buat jalan. Karena dia udah liat lampunya ijo dari
ujung sana.
See? Orang-orang kayak gini gak terima kenyataan kalo lampu
yang tadinya ijo yang mereka liat di ujung sana udah berganti merah ketika
mereka mendekat. Sama kayak hidup, mereka gak akan terima kenyataan bahwa apa
yang terjadi sekarang udah gak sesuai sama yang mereka harapin dulu. Akhirnya apa?
Mereka akan terus tancap gas merasa masih punya hak untuk jalan lalu
menghidupkan klakson sekenceng mungkin untuk menyuruh orang lain yang berhak
jalan berhenti.
Susah melangkah
dan meninggalkan apa-apa yang di belakang kadang juga bisa bikin hidup
orang-orang di sekitar kita terganggu stabilitasnya. Percaya atau gak,
orang-orang yang sayang sama kita pasti jadi punya beban pikiran lebih gimana
caranya supaya kita bisa bangkit (move on).
Dan tau apa? Semakin
banyak saja orang yang melanggar lampu merah dan itu berarti……
Apa kamu juga salah satu dari mereka?
0 komentar:
Posting Komentar