Saat saya menulis ini, saya bener-bener baru bangun. Saya ngidupin
laptop untuk mencari driver laptop
saya, iseng, saya online sebentar ke
salah satu media sosial. Dan saya kembali harus mengernyitkan kening dan
menahan kemuakan saat menemukan lagi-dan-lagi seseorang berkicau doa di sebuah
media sosial. Fenomena macam apa ini?
Allah tidak punya facebook, twitter, email, atau apapun lah
itu yang sekarang ini sering kita pakai untuk menyuarakan isi hati kebanyakan
curhat. Allah tidak pernah minta nama-Nya di-tag di salah satu status di facebook kita atau di-mention di twitter. He doesn’t ask that. So why should we?
Atau hanya sekedar pamer kalo kita saban menit inget sama
Sang Maha Pencipta? So, go to your
mosque, praying, and asking anything you want. Mesjid semakin banyak dan
besar, namun semakin sepi.
Mengumbar-umbar doa itu menurut saya malah gak barakallah. Karena apa? Coba tanya ke diri kamu sendiri, saat kamu mengumbar kicau doa di media sosial, pasti ada sedikit saja –secuil saja- keinginan untuk menampakan pada orang-orang bahwa kamu sedang mempunyai masalah atau ingin memberi tahu dunia bahwa kamu tipe orang yang rajin bersyukur. Atau….hanya sekedar mengharapkan jempol atau re-tweet dari orang-orang karena memang ternyata terbukti ampuh menarik simpati orang dengan kicau doa ini. Come on, itu riya. Ada maksud terselubung lain selain meminta pada Allah. Apa Allah suka orang yang riya? Ah, saya tidak perlu menjawabnya.
Mengumbar-umbar doa itu menurut saya malah gak barakallah. Karena apa? Coba tanya ke diri kamu sendiri, saat kamu mengumbar kicau doa di media sosial, pasti ada sedikit saja –secuil saja- keinginan untuk menampakan pada orang-orang bahwa kamu sedang mempunyai masalah atau ingin memberi tahu dunia bahwa kamu tipe orang yang rajin bersyukur. Atau….hanya sekedar mengharapkan jempol atau re-tweet dari orang-orang karena memang ternyata terbukti ampuh menarik simpati orang dengan kicau doa ini. Come on, itu riya. Ada maksud terselubung lain selain meminta pada Allah. Apa Allah suka orang yang riya? Ah, saya tidak perlu menjawabnya.
Apa? Berdalih bahwa “Ini akun, akun saya! Status, status
saya! Kenapa kamu yang sibuk?! Gak suka gak usah baca!”. Nope, I will. I will always read, because all of you are my friends.
Saya cuma nyoba ngelurusin jalan pikiran kamu yang mulai plintat-plintut itu.
Masih nyolot juga bilang “Masalah buat elo?!”. Okay
then, you ask for it. I’ll remove you or unfollow you. Or what ever it has to
take to keep you feel safe to pray in your social media.
"Yang namanya berdoa itu gak perlu pake perantara, cukup panjatkan dalam hati dan tujukan ke Maha Pencipta, niscaya bakal didengerin kok.”
sepertinya lagi haid nih yang punya blog, oke..oke.. :p
BalasHapustapi emang sih, kebanyakan orang sudah menjadikan socmed sebagai media ibadah.
wooi... ini media sosial bukan tempat ibadah :))