Sebuah lagi penghantar tidur yang
sudah berulang kali diputar seharusnya sudah dapat melelapkanku. Sudah setengah
1 dini hari, namun mataku masih sehat wal afiat tidak kurang suatu apapun. Mungkin
sebentar lagi aku akan bermetamorfosa menjadi siluman kalong. Mungkin.
Sebatang coklat bisa jadi teman
yang sangat efektif di saat malam-malam kelaparan. Cukuplah makan dua potong
untuk mengganjal perut, tidak perlu takut akan gemuk, dua potong kecil coklat
itu akan segera berubah menjadi bakaran lemak saat otakku berusaha mengolah
aksara menjadi makna. Sebenarnya coklat ini agak terlalu….manis.
Ini coklat yang berbeda dari yang
biasanya kumakan. Niatnya sih ingin mencoba sesuatu yang baru, siapa tahu
pilihan kali ini juga tepat, siapa tahu lidahku bisa fleksibel akan beberapa
rasa berbeda, siapa tahu…
Tapi yang tahunya, aku merasa
kemanisan, manisnya nyelekit hingga membuatku mengernyitkan kening ketika
berusaha menelannya. Yang kusukai hanyalah saat sisa-sisa almon di mulut telah
luruh dari gumpalan coklat, lalu dapat kukunyah dengan tenang, menelan dengan
nyaman. Namun tetap saja, almon ini tidak seenak almon di coklatku biasanya.
Terbiasa. Ya. Apa-apa yang telah
terbiasa memang susah dilupa. Sudah melekat hingga sulit dilekang. Manusia,
begitulah caranya mereka hidup. Ada dua-tiga yang menyukai dinamika, namun
kebutuhan dasar tetap saja sebuah keterbiasaan.
Cinta bisa saja menjadi kebutuhan
dasar –terbiasa- atau kebutuhan pelengkap –tidak terbiasa. Cinta bisa menjadi
sesuatu yang diwajibkan ada di hidup seseorang –karena terbiasa- dan ada yang
menganggapnya tidak penting –karena tidak terbiasa.
Semua hal yang terbiasa, maka
akan menyisakan hampa saat itu tidak lagi bisa menjadi sebuah keterbiasaan. Semua hal yang tidak-terbiasa, maka akan terus
tersingkir tidak digubris keberadaannya.
Putus dari pacar, patah hati,
lalu merasa sepi. Terbiasa ada seseorang, terbiasa mencintai seseorang, lalu
menjadi tidak-terbiasa tidak ada seseorang, tidak-terbiasa tidak mencintai
seseorang. Terbiasa tanpa hampa, lalu menjadi tidak-terbiasa bersama hampa.
Hey, bukankah hidup ini pilihan? Dengan
apa kamu ingin hidup. Terbiasakan atau tidak-terbiasakan. Pilihlah salah satu
dengan bijak, juga sesuai waktu dan kondisi. Hidup pasti akan menunjukkan
jalannya.
Don’t try to find love. Let love find you –sebuah pepatah.
0 komentar:
Posting Komentar