Keadaan yang
meniadakanmu dalam hujan bergemuruh angin semalam. Ada ranting-ranting harap
yang patah terpaksa saat doa-doaku tidak terpanjat sempurna. Ada bias air terselip
dingin beku saat tempiasnya menghantam ruangku. Ada kamu dalam kesunyian yang
begitu lama dan mengendap. Bahkan di malam sesunyi ini mimpi-mimpiku tetap saja
merangkak nyata.
Ketakutan.
Kedinginan. Lara tak berkesudahan. Aku baru saja tahu apa makna bahagia tatkala
sepasang matamu menghempas semua ragu ke ujung sana. Aku baru saja tahu bahwa
hujan tidak serta-merta mengantarmu padaku dalam kalut. Aku baru tahu, Tuhan
menyisakan cinta untuk kunikmati bersamamu.
Namun jalannya
renta, rapuh disana-sini. Kadang tidak tahu harus berpegang dimana, hingga
hanya bisa berdiri diam mematung menyeimbangkan diri agar tidak terperosok.
Kadang harus berpegang pada ranting kecil rentan goyangan dan hentakan, tidak
bisa bergantung menumpu setengah beban diri –takut putus lalu tergelincir ke
dalam jurang. Kadang juga, harus rela memasrahkan diri pada takdir saat tidak
ada yang bisa diandalkan, menekatkan diri terus melaju menerka potongan kayu
mana yang masih cukup kuat untuk dipijaki. Kadang angin menggoyangkan semua
yang ada, menggoyahkan keyakinan juga asa yang masih terpahat basah.
0 komentar:
Posting Komentar