Bukan Milikku


Terima kasih untuk Bunda. Juga untuk waktu yang terluang demi menamparku manja. Aku tidak pernah diharapkan lahir dari rahimmu seperti kamu pernah sangat begitu menginginkanku dulu. Aku tidak pernah minta dibelai manja saat masih dalam buaianmu seperti kamu pernah merasa sangat begitu bahagia tatkala mengusap pipiku lembut.

Terima kasih Ayah. Juga untuk sepak terjangmu menghantam tubuhku. Tidak pernah selebam ini. Walaupun dulu kerap cubitan bringasmu membuatku meringis. Aku tidak pernah merengek minta dibelikan sepeda roda tiga busuk itu. Atau mobil-mobilan ber-remote control. Atau kereta api bodoh itu. Atau…atau…senapan mainan di setiap lebaran. Tidak pernah, Yah…

Aku hanya minta pengertian kalian, Ayah, Bunda. Aku hanya minta keikhlasan. Juga kebebasan.

Karena lihatlah, tangan ini bukan tanganku, mata ini bukan mataku, bibir ini bukan bibirku, hidung ini bukan hidungku, dada ini bukan dadaku, pantat ini bukan pantatku. Dan yang terlebih lagi, kemaluan ini bukan kemaluanku.

Aku tersiksa. Tidakkah kalian melihatnya?


0 komentar:

Posting Komentar