Dan Aku Hanya Bosan

Mari kita berhenti bicara sejenak. Karena aku rasa aku sedang bosan. Mungkin tidak akan lama. Mungkin juga tidak akan cepat. Aku tidak tahu. Saat rasa ini tiba-tiba hinggap, yang kuinginkan adalah menjaga jarak sebentar. Meninggalkan rutinitas itu. Menghirup udara yang beda sekejap. Agar saat aku kembali segar nanti, tidak akan ada lenguhan untuk setiap ceritamu.

Aku memiliki eksplanasi untuk hal ini. Bosan ini muncul bukan tanpa alasan. Tapi aku tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskannya. Karena terakhir kali memoriku merekam, kamu bahkan tidak peduli untuk setiap alasan yang kupunya kenapa akhirnya aku mau duduk bersama dan mendengarkan ceritamu. Seingatku, aku bukan malaikat. Hatiku setengahnya hitam pekat.

Mari kita berhenti bercerita sejenak. Karena aku rasa buku usang ini sudah hampir dua kali putaran minggu tidak terjamah. Usang dan berdebu sekarang. Biarkan aku membacanya terlebih dulu. Menamatkannya. Mungkin perlu waktu yang agak lama. Mungkin juga agak cepat. Tidak dapat kupastikan. Karena yang pasti sekarang adalah aku sedang bosan. Bosan yang beralasan. Tapi baiklah, tidak perlu kujabarkan. Karena ketidakpedulianmu menahanku.

Apa kamu ingin pulang sekejap? Mungkin kamu juga butuh udara segar serta tidur yang lelap. Pulanglah, tinggalkanku sendiri saja disini. Tidak mengapa. Aku tidak takut sendirian. Kesendirian ini bukanlah apa. Hanya satu-satunya benda paling berharga yang kupunya. Karena saat aku merasa sendiri, aku jadi tahu sebesar mana kekuatan yang kupunya untuk bisa bertahan.

Mungkin sudah lebih dari 24 purnama kita bicara. Bukan tanpa sakit hati atau pun redaman emosi. Aku tahu itu pasti terselip di antaranya. Tapi bukan itu yang membuat bosan ini semakin membuncah. Ah, sudahlah. Eksplanasi itu lagi-lagi tertahan karena ketidakpedulian. Lagi pula kamu sudah pulang untuk tidur lelap agar besok, ketika kamu terbangun, kamu tahu hari masih sama. Seperti dulu. Dan hidupmu masih juga berjalan. Seperti itu.



0 komentar:

Posting Komentar