Mengerti Kenapa Harus Mengerti

Banyak hal yang tidak dapat kumengerti apa, kenapa, dan bagaimana. Out of the blue. Semua terjadi tanpa klarifikasi tertinggal. Hilang begitu saja. Meninggalkan tanya.
Ada banyak hal yang ingin kumengerti. Tapi tak juga bisa dimengerti. Seperti sampah yang tidak dapat didaur ulang. Terus menyisakan bekas.
Terlalu banyak hal. Terlalu banyak hal yang mungkin sulit dimengerti. Bukan tidak bisa dimengerti. Hanya saja perlu kerja keras untuk mengerti. Dan aku terlalu malas melakukannya.

Aku ingin mengerti. Tentang segala sesuatu yang terjadi, melintas di hidupku. Dengan pemahaman seutuhnya. Tanpa tertinggal satu asumsipun.
Mengerti. Dan mengerti. Terkadang aku tidak ingin mengerti sesuatu yang aku mengerti. Hidup ini persis sekotak petasan. Tidak tahu mana yang kobong sebelum dinyalakan. Belum tentu semua orang mengerti kenapa mereka harus hidup. Atau setidaknya mengerti kenapa mereka harus mengerti.

Ini sulit. Semakin dewasa rasanya semakin sulit untuk mengerti hal-hal sederhana, seperti kenapa aku tidak suka pagi hari atau sama sekali tidak suka sayur. Dulu semuanya kujawab dengan enteng, tapi sekarang perlu hipotesa mendalam dan detail untuk sebuah alasan logis yang dapat diterima pihak lain yang merasa dirugikan, seperti ibuku atau teman kampus yang sering ngelobi kursi deret belakang untukku.

Semakin sulit mengerti hal-hal sederhana berarti semakin dewasa seseorang karena labirin pikirannya semakin berliku, berkelok, dan menyesatkan. Yang seharusnya hanya perlu 2 kali belok kiri, 4 kali lurus, dan 1 kali belok kanan menjadi 10 kali belok kiri, 13 kali ketemu jalan buntu, 6 kali masuk jurang, 3 kali tersandung batu, dan berkali-kali tersesat lalu patah semangat hingga tidak pernah menemukan akhirnya.

Belajar mengerti juga bukan perkara mudah. Beribu buku panduan juga hanya menghasilkan sebuah nol besar. Karena yang ingin kumengerti adalah apa yang orang sama sekali tak mengerti kenapa harus mengerti sesuatu yang tidak perlu dimengerti. Dan itu tidak ada di teori atau buku teks manapun. Maka setiap hari aku belajar mengerti dari lembaran kehidupan tapi tak kunjung habis kubaca. Tidak bisa kumengerti.


0 komentar:

Posting Komentar