Saya senang kalau kamu senang.
Salah seorang yang saya kenal sebulan belakangan ini sangat suka mengeluarkan statement itu. Kadang saya hanya tertawa ringan menanggapi ucapannya. Kadang saya meresponnya dengan candaan. Tapi tidak pernah sekalipun saya iyakan.
Saya senang kalau kamu senang.
Saya, jujur, tidak sepenuhnya percaya itu. Saya bukan menuduh ia berbohong. Bukan. Namun, mungkin ia hanya belum ngerti maksud dan arti kalimat itu. Mungkin ia memang senang mengetahui bahwa saya sedang senang. Tapi ia senang hanya sebatas tahu kalau saya sedang senang. Bukan ikut senang. Saya yakin ia enggak akan ngerasa senangnya saya saat akhirnya House dan Cuddy jadian di Season 7. Saya yakin ia enggak akan ngerasa senangnya saya saat berhasil melewatkan sarapan, makan siang, dan makan malam tanpa nasi. Saya yakin ia enggak akan ngerasa senangnya saya kencan sama Si Bebeb. Sedangkan di saat saya senang itu ia sedang tidak senang.
Lalu apa mungkin saat suasana hatinya sedang kacau balau seperti itu, saya datang, dan saya berkata “Saya lagi senang.”. Voila! Seperti sihir. Suasana hatinya langsung kondusif, berubah baik. Dan dia ikutan senang. Merasakan senangnya saya.
Mungkin?
Saya masih skeptis untuk hal satu itu.
Kenapa gambarnya keluarga Mike Shinoda?
Ini sebagai contoh. Dia senang, sedangkan saya enggak ='(
0 komentar:
Posting Komentar